Candi Cetho, Candi Berselimut Kabut di Lereng Gunung Lawu

15:06:00


Udara dingin dan kabut tebal menyambutku ketika sampai di Candi Cetho. Tak terasa perjalanan sekitar 40 km dari Solo dengan medan yang berkelok-kelok dan tanjakan akhirnya berakhir. Pemandangan indah selama perjalanan menuju Candi Cetho berupa hamparan Kebun Teh Kemuning yang asri dan hijau mengurangi rasa bosan dan rasa capek di perjalanan. Di Kebun Teh Kemuning tersebut terlihat beberapa ibu-ibu yang sedang memetik daun teh.

Letak
Candi Cetho yang merupakan Candi Hindu ini terletak di Lereng Gunung Lawu (1.497 mdpl), tepatnya di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk menuju lokasi Candi Cetho tidaklah sulit karena sudah ada papan petunjuk jalan, hanya saja kendaraan yang dipakai haruslah dalam kondisi bagus mengingat jalannya berkelok-kelok dan tanjakannya luar biasa. Sampai saat ini Candi Cetho masih digunakan sebagai tempat ibadah, sehingga saat berkunjung kesini diwajibkan memakai kain kampuh (kain hitam putih yang diikatkan di pinggang seperti sarung), kain ini disediakan pengelola dengan biaya seikhlasnya.


Sejarah Candi Cetho
Candi Cetho diperkirakan dibangun pada tahun 1451-1470 atau pada masa Pemerintahan Raja Brawijaya V di Majapahit. Pembangunan candi bertujuan untuk ruwatan/ritual tolak bala karena pada waktu itu banyak terjadi kekacauan. Candi Cetho ditemukan oleh arkeolog Belanda bernama Van de Vlies pada tahun 1842. Pada saat ditemukan hanya berupa reruntuhan batu dengan14 teras/punden berundak, bentuknya memanjang dari barat ke timur. Pada akhir tahun 1970-an dilakukan pemugaran oleh Sudjono Humardani, asisten pribadi Presiden Suharto dan mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan dan pemugaran hanya dilakukan pada sembilan teras saja. Pemugaran ini banyak dikritik oleh para pakar arkeologi mengingat pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. Beberapa objek baru hasil pemugaran yang dianggap tidak original adalah gapura di bagian depan komplek candi, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung dan bangunan kubus pada bagian puncak punden. Kemudian dengan alasan untuk menyemarakkan gairah keberagamaan di sekitar candi, Bupati Karanganyar periode 2003-2008 (Rina Iriani) menempatkan arca Dewi Saraswati, sumbangan dari Kabupaten Gianyar pada bagian timur kompleks candi.

Kondisi Candi Cetho sekarang
Saat ini Candi Cetho tinggal 9 punden berundak. Memasuki undakan pertama dan gapura masuk, ada sepasang arca penjaga yang dinamakan Nyai Gemang Arum. Di undakan berikutnya terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho. Di undakan selanjutnya terdapat sebuah batu berbentuk kura-kura yang konon melambangkan penciptaan alam semesta. Di depan batu kura-kura terdapat simbol phallus (alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter sebagai simbol penciptaan manusia, dan undakan paling atas merupakan tempat ibadah. Di sebelah kiri sebelum memasuki undakan tertinggi terdapat jalan menuju Sendang Saraswati, Candi Kethek dan Air Terjun Serendeng.








Tiket Masuk
Untuk memasuki Komplek Candi Cetho pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp.7.000,- dan parkir motor Rp.2.000,-. Saat memasuki Candi Cetho pengunjung diharuskan mematuhi tata tertib yang ada. Sayangnya saya masih menemui beberapa pengunjung yang merokok, hal ini tentu saja akan mengotori Kompleks Candi Cetho dengan puntung rokok mereka.



You Might Also Like

0 comments